Sastra dan Pendidikan Sastra

𝔏𝔞𝔭𝔬𝔯𝔞𝔫 𝔅𝔞𝔠𝔞𝔞𝔫 𝔓𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫𝔱𝔞𝔯 𝔓𝔢𝔫𝔤𝔨𝔞𝔧𝔦𝔞𝔫 𝔨𝔢𝔰𝔲𝔰𝔞𝔰𝔱𝔯𝔞𝔞𝔫 (14)
𝔒𝔩𝔢𝔥 :
• 𝔑𝔞𝔪𝔞 : 𝔄𝔪𝔢𝔩𝔦𝔞 𝔜𝔲𝔫𝔦𝔷𝔞 𝔓𝔲𝔱𝔯𝔦
• 𝔑ℑ𝔐 : 21016057
• 𝔇𝔬𝔰𝔢𝔫 𝔓𝔢𝔫𝔤𝔞𝔪𝔭𝔲 : 𝔇𝔯. 𝔄𝔟𝔡𝔲𝔯𝔯𝔞𝔥𝔪𝔞𝔫, 𝔐.𝔓𝔡
I. PENDAHULUAN

Pembelajaran sastra di Indonesia sejak dulu hingga sekarang selalu mejadi permasalahan. Kurangnya guru yang menguasai bidang sastra, peserta didik yang kurang antusias serta buku-buku penunjang merupakan beberapa faktor mengapa sastra sering dianak-tirikan. Sebagian masyarakat punmasih memandang bahwa sastra hanyalah karangan bohong belaka dari si pengarang sehingga timbul lah diskriminasi.

Namun pada kenyataannya, sastra dapat digunakan untuk mengembangkan wawasan berpikir bangsa. Karya sastra mampu membukakan mata pembaca untuk mengetahui realitas sosial, politik, dan budaya. Selain itu, melalui sastra, masyarakat dapat menyadari masalah-masalah penting di dalam diri mereka dan menyadari bahwa mereka sendirilah yang bertanggung jawab terhadap masalah tersebut.

II. PEMBAHASAN

A. Pendidikan Sastra
Pendidikan menurut Rousseau ( dalam Ahmadi, 69 : 2007 ) adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. Sedangkan  menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Ahmadi, 69 : 2007 ) adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.

Pembelajaran sastra merupakan cara yang harus ditempuh dalam dunia pendidikan. Pengekspresian diri, menggali karakter, serta menjadikan wahana mengguggah pemikiran peserta didik. Pembelajaran ini yang harus dilaksanakan dan dimasukan dalam Kurikulum Pendidikan Nasional, tidak memandang sebelah mata dan menganaktirikan pendidikan sastra dalam kurikulum.

Pembelajaran  sastra dalam pendidikan tidak terlepas dari gejolak sosial, pemikiran, ekspresi manusia sebagai insan yang selalu ingin berkembang dan mengekspresikan diri. Menurut Wellek dan Warren ( dalam Fitriah Hasy, 4 : 2009 ) sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni, berbeda dengan studi sastra, yaitu cabang ilmu yang berkembang terus menerus. Sedangkan menurut Pradopo, ( 54 : 2012 ) sastra merupakan luapan emosi spontan.

Karya sastra merupakan respon atau jawaban terhadap karya sastra sebelumnya. Tak ada sastra yang lahir dalam kekosongan budaya termasuk sastra (Teeuw dalam Pradopo, 57: 2012).  Pengembangan karya sastra serta penyebar luasan tidak menutup kemungkinan dimulai dari dunia pendidikan kemudian kembali kepada masyarakat itu sendiri.

B. Materi dan Strategi Membelajarkan sastra.
√Materi Sastra
Berdasarkan  garis besar nya sastra berarti  bahasa yang indah atau tertata dengan baik, dan gaya penyajian nya menarik, sehingga berkesan di hati pembaca nya.
Ahmad Badrun, Sastra adalah kegiatan seni yang menggunakan bahasa dan simbol lainnya garis sebagai alat, dan imajinatif.

Ciri karya sastra
  1. Bahasanya indah atau tertata dengan baik.
  2. Isinya menggambarkan manusia dengan berbagai persoalannya.
  3. Gaya penyajian nyamenarik sehingga berkesan di hati pembacanya

Sejarah Sastra

Beberapa penelaah sastra Indonesia telah mencoba membuat babakan waktu (periodisasi) sejarah sastra Indonesia. Meskipun di antara para ahli dan sarjana itu ada persamaan-persamaan yang dalam membagi-bagi babakan waktu sejarah sastra Indnesia, kalau diteliti lebih lanjut akan tampak bahwa masing-masing periodisasi itu menunjukkan perbedaan-perbedaan yang mencolok baik istilah maupun konsepsinya.

Dalam ikhtisar ini akan diikuti pembabakan waktu sejarah sastra Indonesia sebagai berikut:

  1. MASA KELAHIRAN (1900-1945) yang dapat dibagi menjadi:
  2. Periode awal hingga 1933;
    2. Periode 1933-1942;
    3. Periode 1942-45.
    II. MASA PERKEMBANGAN (1945-sekarang) meliputi:
    1. Periode 1945-1953;
    2. Periode 1953-1961; dan
    3. Periode 1961- sekarang.
Macam-macam Karya Sastra
a. Puisi
Puisi adalah karya sastra yang bentuknya terikat oleh berbagai ketentuan. Ketentuan itu menyangkut jumlah kata, bait, larik, rima, dan irama. Contoh puisi yaitu pantun, syair, gurindam, puisi modern.
b. Prosa
Prosa adalah karya sastra yang bebas dari berbagai ketentuan. Tidak ada aturan mengenai jumlah kata, bait, baris/larik, rima, dan irama. Pengarang bebas menggunakan kata-kata dan merakitnya sesuai selera. Contoh prosa yaitu dongeng, hikayat, certita pendek (cerpen), dan novel.
c. Drama
Secara singkat drama dapat diartikan karya sastra cerita yang dipentaskan. 

√Startegi membelajarkan sastra antara lain

Pertama berusaha menghadirkan  sastra yang dapat menarik minat peserta didik. Kita sadari bersama banyak siswa yang kurang berminat pada karya sastra, hal itu dapat diakibatkan oelh cara guru mengajar yang kurang menarik. Cara yang ditempuh misalnya membaca karya sastra (cerpen, puisi, teks drama) karya peserta didik, dari majalah atau koran. Hal ini dilakukan agar karya sastra berkaitan atau dekat dengan dunia peserta didik, segingga mereka mudah untuk berinteraksi atau berpartisipasi. Cara lain misalnya menghadirkan sinetron, film, atau lagu yang sering mereka saksikan atau nyanyikan. Dengan demikian mereka berpeluang untuk berbicara.

Langkah berikutnya menanamkan konsep teori melalui kegiatan pertama. Cara ini ditempuh agar peserta didik tidak merasakan belajar secara teoretis sebagaimana yang telah dilakukan banyak guru selama ini. Ketika peserta didik dihadapkan pada salah satu film misalnya, Laskar Pelangi , maka peserta didik yang difasilitasi oleh guru akan interaktif terhadap hal tersebut. Di situlah guru bertanya jawab sekaligus menanamkan konsep teori. Pelaku dikaitkan dengan tokoh, jalan cerita dikaitkan dengan alur, dst.

Jika langkah kedua berjalan dengan menyenangkan, maka guru membawa peserta didik pada karya sastra yang ringan, diambil dari karya peserta didik sendiri. Bisa yang dimuat di majalah dinding atau tugas guru, sastra koran atau majalah. Hal ini dilakukan agar perubahan suasana yang peserta didik telah tertarik tadi setahap dibawa pada suasana karya yang sesungguhnya, namun karya ringan yang mudah diapresiasi peserta didik.

Langkah pembelajaran agar kebermaknaan diperoleh dengan mengaitkan nilai-nilai yang dapat dipetik dari karya sastra dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini yang akan membawa pembelajaran sastra akan  dapat membekali peserta didik dengan kehalusan budi, moral, berkepribadian, dst. Hal ini dilakukan dalam rangka membekali peserta didik dengan life skill (kecakapan hidup).

Langkah berikutnya memvariasikan strategi pembelajaran yang dengan strategi itu peserta didik interaktif dalam pembelajaran. Misalnya dengan strategi jigsaw, pada strategi ini kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok diberi satu karya sastra (cerpen/prosa) dengan tugas menganalisis salah satu unsur intrinsik karya sastra tersebut. Setelah hasil diperoleh, setiap individu peserta kelompok bertukar ke kelompok lain yang ada, sehingga masing-masing kelompok akan mendapat materi dari seluruh kelompok yang ada. Selanjutnya individu tadi kembali ke kelompoknya semula dan merangkum hasil diskusi, maka setiap kelompok sudah mendapatkan hasil analisis seluruh unsur intrinsik dengan cara bekerja sama dengan kelompok lain. Kegiatan akhir adalah mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain hanya menanggapi karena pada prinsipnya hasil seluruh kelompok sudah terangkum pada satu kelompok. Kegiatan ini akan memupuk kerja sama, saling menghormati, kreatif berpikir, berperan serta aktif.

Kegiatan berikutnya tinggal melanjutkan pada karya yang berbeda, seperti puisi, teks drama atau bermain peran, serta bertahap mengenalkan karya sastra pada tingkat tyang lebih tinggi.

Variasi dengan media pembelajaran dapat dilakukan, seperti media audio dengan sandiwara radio baik secara langsung atau dengan rekam ulang, media audiovisual dengan televisi atau VCD. Bahkan dapat menggunakan tayangan melalui LCD. Langkah yang ditempuh pada prinsipnya sama hanya wujud karya sastranya dihadirkan dengan menggunakan media. Hal inipun akan menunbuhkan sikap yang berbeda juga pada peserta didik ketika mereka berhadapan dengan sastra yang di-mediamassa-kan baik melalui media elektronik maupun melalui media elektronik.

II. PENUTUP

Sesungguhnya banyak sekali manfaat yang bisa diambil ketika mempelajari suatu karya sastra. Selain memanusiakan manusia, sastra juga mampu memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal, melatih kecerdasan emosional serta mempertajam penalaran seseorang. Dengan mempelajari sastra, seorang siswa akan dilatih kepekaannya. Sehingga ilmu yang dipelajarinya dapat diaplikasikan secara langsung dalam mengatasi permasalahan di masyarakat.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Novia, Floriberta. 2015. "Mengulik Peranan Sastra Dalam Pendidikan". http://buahpena.fib.ugm.ac.id/?p=351. Diakses pada 16 November 2021.
Mypersonanblog. 2013. "Peranan Pendidikan Sastra Bagi Masyarakat". http://ozychem.blogspot.com/2013/03/peranan-pendidikan-sastra-bagi.html?m=1. Diakses pada 16 November 2021.
Ngatmini. Tanpa Tahun. "Pembelajaran Sastra yang Efektif, Kontekstual, dan Inovatif"
 https://media.neliti.com/media/publications/219843-pembelajaran-sastra-yang-efektif-konteks.doc. Diakses pada 16 November 2021.
Kurniawan, Aris. 2021. "Sastra : Pengertian, Sejarah, Jenis, Fungsi, Ciri Dan Unsur Sastra". https://www.gurupendidikan.co.id/sastra/. Diakses pada 16 November 2021.
Wiyanto, Asul. 2021. "Macam-macam Sastra dan Contohnya: Puisi, Prosa, Drama". https://coretan-pena-pemula.blogspot.com/2017/03/macam-macam-karya-sastra-dan-contohnya.html?m=1.
Diakses pada 16 November 2021.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Analisis Sastra Ekspresif dan Pragmatik

Genre Sastra Modern