A. Hakikat dan Kaitan Teori Sastra
Kata teori sastra berasal dari dua kata, yaitu kata teori dan kata sastra.
Apakah teori dan apakah sastra, merupakan pertanyaan yang di dalam ilmu
sastra menimbulkan fenomena yang tidak mudah dijawab dengan begitu saja.
Kedua kata tersebut berada pada dua kategori kata yang berbeda.
Yang dimaksud dengan teori sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari
tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang
membedakannya dengan yang bukan sastra. Secara umum yang dimaksud
dengan teori adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang
menerapkan pola pengaturan hubungan antara gejala-gejala yang diamati.
Teori berisi konsep/uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek ilmu
pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu. Suatu teori dapat dideduksi
secara logis dan dicek kebenarannya(diverifikasi) atau dibantah kesahihannya
pada objek atau gejala-gejala yang diamati tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, kaitan dengan teori sastra, apakah
sastra suatu karya ilmiah yang dapat dibuktikan kebenarannya, yang dapat
dibantah kesahihannya? Pertanyaan ini memang tidak mudah dijawab karena
menyangkut hakikat sastra. Karya sastra bukanlah karya yang ilmiah yang
dapat dirunut kebenaran faktualnya sebagaimana merunut kebenaran berita
surat kabar tentang peristiwa tertentu, atau merunut berita yang diceritakan
seseorang tentang kejadian tertentu. Kebenaran pada karya sastra bukanlah
kebenaran yang bersifat faktual tetapi kebenaran yang bersifat kemanusiaan.
Sastra adalah deskripsi pengalaman kemanusiaan yang memiliki dimensi
personal sekaligus dimensi sosial. Dalam sastra, pengalaman dan pengetahuan kemanusiaan itu secara fundamental mengandung gagasan estetis yang menimbulkan rasa indah, senang, dan menggugah hati. Dengan
membaca karya sastra kita diperkenalkan kepada kekayaan-kekayaan batin
yang memungkinkan kita mendapatkan insight, persepsi, dan refleksi diri
sehingga kita dapat masuk ke dalam pengalaman nyata hidup kita. Inilah kenyataan faktual yang terdapat di dalam karya sastra yang hanya dapat diperoleh dengan hatinya masuk ke dalam karya sastra. Oleh karena itu,
sastra penting dipelajari sebagai sarana berbagi pengalaman dalam mencari
dan menemukan kebenaran kemanusiaan. Dengan demikian teori sastra adalah ilmu yang mengungkapkan tentang sastra sebagai karya yang memuat pengalaman batin manusia.
B.Kritik Sastra
Kritik sastra adalah bagian dari ilmu sastra. Istilah lain yang sering
digunakan para pengkaji sastra untuk hal yang sama ialah telaah sastra,
kajian sastra, analisis sastra, dan penelitian sastra. Istilah-istilah tersebut
digunakan untuk menghindari kata kritik yang terkesan negatif, terkesan menghakimi. Tampaknya masyarakat kita masih belum terbuka hati dengan kata kritik. Kata kritik dianggap kata yang bermakna negatif karena menilai sesuatu dari sisi kekurangan dan kelemahannya, menghakimi seseorang atas
kekurangannya sehingga orang yang dihakimi tidak dapat berkembang. Kata kritik dianggap sebagai suatu yang destruktif, bermakna tajam, dan menjatuhkan seseorang. Padahal sebenarnya pengertian kritik sastra tidaklah
demikian. Seseorang yang terbuka hatinya untuk dikritik dia akan merasa
bahwa dengan dikritik dia akan memperoleh masukan tentang kekurangan
atau kelemahannya, bahkan juga keunggulannya. Dengan demikian ia akan
berusaha memperbaiki kekurangan dan kelemahannya sehingga karyanya
akan menjadi lebih baik dan ia akan menjadi orang yang sukses dalam
bidangnya. Demikian halnya dengan pengertian kritik, khususnya dalam
kritik sastra.
Menurut H.B. Yasin, kata kritik dalam kritik sastra bermakna
pertimbangan baik buruknya suatu karya sastra, pertimbangan kelemahan
dan keunggulan karya sastra. Melalui kritik sastra, penulis akan
mengembangkan dirinya menjadi penulis yang menyadari kelemahan dan
sekaligus keunggulan dirinya dalam menghasilkan karya sastra. Demikian
juga Andre Hardjana (1981) mendefinisikan kritik sastra sebagai hasil usaha
pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat
pemahaman dan penafsiran secara sistemik yang dinyatakan dalam bentuk
tertulis. Kata ‘pembaca’ di sini ditekankan karena kritik sastra bukanlah hasil
kerja yang luar biasa dari penulisnya yang dapat disetarakan dengan penulis
karya sastra itu sendiri. Setiap pembaca dapat saja membuat kritik terhadap
karya sastra yang dibacanya tetapi belum tentu ia dapat masuk ke dalam
nilai-nilai hakiki karya sastra tersebut kalau dia tidak mendalami dan menilai
pengalaman kemanusiaan yang terdapat di dalamnya.
C. Sejarah Sastra
Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan
sastra dari waktu ke waktu. Di dalamnya dipelajari ciri-ciri karya sastra pada
masa tertentu, para sastrawan yang mengisi arena sastra, puncak-puncak
karya sastra yang menghiasi dunia sastra, serta peristiwa-peristiwa yang
terjadi di seputar masalah sastra. Dengan mempelajari sejarah sastra, kita
dapat mengetahui perjalanan sastra dari waktu ke waktu sebagai bagian dari
pemahaman terhadap budaya bangsa.
Tugas sejarawan sastra bukan hanya sekadar mencatat, dan menginventarisasi karya sastra, tetapi tugasnya lebih dari itu. Sebagai suatu
kegiatan keilmuan sastra, ia harus mendokumentasikan karya sastra
berdasarkan ciri, klasifikasi, gaya, gejala-gejala yang ada, pengaruh yang
melatarbelakanginya, karakteristik isi dan tematik, periode-periode yang
memuat karya-karya sastra, serta masalah lainnya yang menyangkut masalah
sastra. Oleh karena itu, dalam mempelajari sejarah sastra tidak lepas dari
teori dan kritik sastra.
Sejarah sastra mempunyai ruang cakupan yang cukup luas. Ada sejarah
sastra suatu bangsa, ada sejarah sastra suatu daerah, ada sejarah sastra suatu
kesatuan kebudayaan, ada pula sejarah berdasarkan jenis (genre) sastra, ada
pula sejarah sastra komparatif. Sejarah sastra suatu bangsa, misalnya Sejarah
Sastra Indonesia, Sejarah Sastra Cina, Sejarah Sastra Amerika; Sejarah
sastra daerah, misalnya Sejarah Sastra Bugis, Sejarah Sastra Sunda; Sejarah
sastra suatu kebudayaan, misalnya Sejarah Sastra Klasik, Sejarah Sastra Romantik, Sejarah Sastra Renaissance, Sejarah Sastra Melayu, Sejarah Sastra Modern, Sejarah sastra berdasarkan genre sastra adalah Sejarah
Perkembangan Puisi, Sejarah Perkembangan Novel, Sejarah Perkembangan Drama. Sejarah sastra komparatif, yaitu sejarah sastra yang mengkaji dan membandingkan beberapa karya sastra pada masa lalu, masa pertengahan,
dan masa kini. Yang dikaji dan dibandingkan bisa meliputi karya sastra
antarnegara, atau karya sastra dalam satu negara.
Contoh:
Sebagai salah satu contoh sejarah sastra komparatif dapat Anda ikuti berikut
ini!
Indonesia sebagai negara yang banyak suku bangsa dan ragam
budayanya memiliki cerita rakyat yang hampir sama temanya, misalnya
dongeng tentang asal mula padi sebagai makanan pokok bangsa
Indonesia. Di berbagai daerah di Indonesia cerita ini menyebar dan
dapat dibandingkan sehingga ditemukan kesamaan dan perbedaan jalan
ceritanya. Walaupun terdapat kesamaan tema tetapi terdapat
perbedaan dalam isi (pengembangan) cerita. Cerita-cerita rakyat yang
memiliki kesamaan tema ini merupakan peristiwa sejarah sastra
Nusantara yang memperlihatkan kesatuan budaya yang melandasi
kehidupan bangsa kita.
Pengkajian sejarah sastra di Indonesia belum banyak dilakukan. Teeuw
(1984), mengatakan bahwa sudah terdapat beberapa buku tentang pengkajian
sejarah sastra Indonesia, tetapi pengkajian tersebut belum dapat memuaskan
dari sudut teori sastra. Menurut Teeuw, pengkajian sejarah sastra hendaklah
bertolak dari berbagai cara yang dapat membantu peneliti dalam meneliti
sejarah sastra sehingga menghasilkan sejarah sastra yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selanjutnya Todorov (1985)
mengemukakan bahwa tugas sejarah sastra adalah meneliti keragaman setiap
kategori sastra, meneliti jenis karya sastra baik secara diakronis, maupun
sinkronis, serta menentukan kaidah keragaman peralihan sastra dari suatu
masa ke masa berikutnya. Tugas yang dilakukan oleh sejarawan sastra tidak
terlepas dari hasil kritik sastra yang dilakukan peneliti sastra. Dari hasil kritik
sastralah sejarawan sastra dapat menggolong-golongkan karya sastra sesuai
dengan kategorinya.
D. Jenis, Teori, Sastra
a. Jenis Sastra
Merupakan bentuk seni sastra yang diuraikan dengan bahasa yang bebas dan tidak terikat oleh irama, diksi ,rima, kemerduan bunyi dan kaidah pedoman kesastraan lainnnya.
Puisi adalah sebuah karya sastra yang dijelaskan menggunakan diksi atau kata-kata pilihan dan juga dapat dicirikan dengan pembahasan yang singkat tetapi memiliki makna yang indah, biasanya karya puisi pun secara tidak langsung juga dapat menimbulkan kecenderungan dari sisi seseorang untuk memperkuat kesadarannya melalui bahasa yang memiliki irama dan arti khusus. Contoh dari puisi tersebut seperti sajak, pantun, dan balada.
Drama merupakan sebuah bentuk karya sastra yang digambarkan dengan bahasa yang sangat bebas dan panjang. Serta ditunjukkan dengan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua bentuk penjelasan, yaitu drama dalam bentuk naskah atau drama dalam bentuk yang dipentaskan.
b. Teori Sastra
1. Teori Psikoanalisis
Teori ini biasanya terbagi dalam tiga aspek yaitu Id, Ego dan Superego. Id adalah naluri makhluk hidup dalam rangka mempertahankan eksistensinya di muka bumi. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab dalam menangani sebuah realitas (memuaskan keinginan Id dengan cara yang realitas). Superego adalah pengendali Id dan Ego yang berasal bukan dari diri sendiri melainkan penyerapan standar aturan dan pranata dari pendidikan orang tua dan lingkungan sekitar.
2. Teori struktural
Teori ini tidak memperlakukan karya sastra sebagai objek kajiannya karena yang menjadi kajiannya adalah sistem sastra itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hubungan berbagai unsur dalam teks sastra sehingga unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh. Teori ini dapat dideskripsikan terpisah dari pengarang ataupun realitas sosial.
3. Teori Fanimisme
Teori ini adalah cerminan realitas sosial patriarki. Berawal dari gejolak para perempuan yang tertindas oleh sistem sosial patriarki, teori feminisme ini tidak berdiri di dalam satu aliran. Feminisme terdiri atas beberapa aliran seperti aliran liberalis, marxis, sosialis, eksistensialis, psikoanalitik, radikal, postmodern, dll. Tokoh-tokoh terkemuka dalam teori ini adalah Helena Cixous, Virginia Wolf, dan Kate Millet.
E. Manfaat Kritik Sastra
Adapun manfaat adanya kritik sastra, dapat dipisahkan mejadi 3 bagian, yaitu:
Bagi penulis
Bagi penulis, kritik satra bermanfaat untuk;
- Sudah disebutkan bahwa kritik sastra memiliki tujuan keakadmeisan. Oleh karena itu tidak heran apabila melakukan kegiatan kritik sastra akan memberikan wawasan tambahan bagi penulis. Karena penulis ataupun seorang kritiku sastra akan mengasah lagi teknik bersastra dengan tema-tema serta tulisan yang berbeda dari setiap karya sastra yang memiliki ciri khas masing-masing.
- Kritik sastra dapat menumbuhkan motivasi seseorang untuk menulis. Dari kegiatan menilai serta mengklasifikasikan karya sastra membuat seorang kritikus ssatra ataupun penulis memiliki ide taupun gagasan yang dapat menghasilkan karya sastra yang baru.
- Pengalaman dalam menilai karya sastra juga dapat dijadikan pedoman untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Karena dari kegiatan menghasilkan pengalaman yang menjadi pedoman untuk menghasilkan karya sastra yang lebih baik dari sebelumnya.
- Kegiatan kritik sastra dapat meningkatkan kualitas tulisan. Dari tulisan sudah mengalami proses penilaian kritik sastra akan diketahui kelebihan serta kekurangan yang ada. Sehingga dapat dihasilkan karya yang lebih berkualitas serta lebih berbobot dari karya sebelumnya.
Bagi pembaca
Sedangkan bagi pembaca, manfaat dalam kritik satra antara lain;
- Dengan melakukan kegiatan kritik sastra dapat menjembatani antara pembaca dengan karya sastra. Pembaca yang semula belum paham mengenai intisari dari sebuh karya sastra dengn membaca hasil dati kritik sastra dapat membantu menfasirkan pemahaman dari suatu karya sastra yang ada.
- Selain itu kecintaan pembaca akan karya sastra juga akan bertambah. Setelah proses pengikhtisara akan terlihat kelebihan yang ada dalam suatu karya sastra. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra akan muncul sehingga pembaca akan dapat lebih menyukai karya sastra.
- Kritik sastra juga dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi karya sastra. Tidak semua karya sastra dapt diterima oleh pembacanya oleh karena itu penilaian karya sastra sangat diperlukan. Mengingat akan terlihat kelebihan serta kekurangan dari karya sastra.
- Kritik sastra dapat mebantu pembaca menemukan nilai-nilai yang terkanding dalam karya sastra. Tidak semua karya sastra secara eksplisit mencantumkan pemikiran penulisnya. Oleh karena itu tidak jarang pembaca harus bekerja keras menemukan intisari dari sebuha karya sastra.
- Melalui proses kritik sastra dapat membantu pembaca dalam menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra yang secara tesembunyi dituliskan oleh penulis atau penyair.
fungsi adanya kritik sastra Antara alain;
- Dengan melakukan kegiatan kritik sastra dapat mendorong pertumbuhan karya sastra dalam hal kualtas maupun kuantitas. Karya sastra yang sebelumnya memiliki kekurangan dapat diperbaiki. Karya sastra yang sebelumnuya jumlahnya masih sedikit dapat ditambah jumlahnya dengan adanya kegiatan kritik sastra.
- Dapat memperluas penegtahuan mengenai apa saja permasalahn dalam dunia sastra. Dengan kegiatan kritik sastra seorang kritikus sastra dapat secara legal untuk mengemukakan apa saja permasalahan yang masih terkandung dalam sebuah karya sastra disertai bukti-bukti yang memadahi.
F. Fiksionalitas Karya Sastra
Unsur-unsur Fiksionalitas dalam Prosa Fiksi dan Penerapannya
1. Unsur-unsur fiksionalitas dalam prosa fiksi:
- Tema
- Alur/plot
- Latar/setting
- Tokoh dan penokohan
- Gaya
- Sudut pandang
- Amanat
2. Hubungan antar unsur tersebut
* Tema
Hartoko dan Rahmanto (dalam Nurgiyantoro, 2005:68), tema merupakan gagasan dasar yang merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung didalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Sedangkan menurut Aminuddin (1987 : 91), untuk memahami tema, pembaca terlebih dahulu harus memahami unsur-unsur signifikasi yang membangun suatu cerita menyimpulkan makna yang dikandungnya, serta mampu menghubungkannya dengan tujuan penciptaan pengarangnya.
Menurut Aminuddin (1987 : 92). Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah-langkah berikut :
1) Memahami setting dalam prosa yang dibaca.
2) Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca
3) Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca
4) Memahami plot ataau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca
5) Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan lainnya yang disimpulkan dari satuan –satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita
6) Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang ditampilkan
7) Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya denan bertolak dari satuan pokok serta sikap pengarang terhadap pokok pikiran yang ditampilkan
8) Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang diharapkan ide dasar cerita yang dipaparkan yang pengarangnya.
* Plot/Alur
Plot/Alur merupakan unsur cerita fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menanggapinya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur cerita fiksi yang lain.
Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 113) mengemukakan bahwa Plot / Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada urusan waktu saja belum merupakaan Plot. Agar menjadi sebuah Plot, peristiwa-peristiwa ini haruslah diolah dan disiasati secara kreatif, sehingga hasil pengolahan dan penyiasatannya itu sendiri merupakan suatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan.
Setiap cerita mempunyai plot yang merupakan satu kesatuan tindak. Menurut Nurgiyantoro (2005 : 153-163) plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda berdasarkan sudut-sudut tinjauan dan kriteria yaitu :
# Berdasarkan kriteria urutan waktu
Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan. Macam-macam plot berdasarkan urutan waktu yaitu :
1 . Plot maju atau lurus
2 . Plot mundur atau sorot balik
3 . Plot campuran
* Latar / Setting
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 216) setting atau latar disebut juga sebagai landas tumpu, mengarah pada pengertian tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Unsur latar setting atau dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu: (1) Latar tempat adalah menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. (2) Latar waktu adalah latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. (3) Latar sosial adalah latar yang menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2005 : 227-233).
* Tokoh dan Penokohan
Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan penokohan (Aminuddin 1987 : 79).
Nurgiyantoro (2005: 176-194), menerangkan bahwa peran tokoh-tokoh cerita dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan kedalam beberapa jenis. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat dibedakan yakni :
Segi peranan
a) Tokoh Utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam cerita pendek yang bersangkutan
b) Tokoh Tambahan adalah yang hanya melengkapi dalam bentuk konflik
2. Segi fungsi penampilan tokoh
a) Tokoh Protogonis adalah tokoh yang memerankan prilaku positif
b) Tokoh Antagonis adalah tokoh yang penyebab terjadinya konflik atau pelaku negative
* Gaya
Aminuddin (1987:76) menerangkan bahwa gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya lewat media bahasa yang indah dan harmonis meliputi aspek-aspek : (1) pengarang, (2) ekspresi, (3) gaya bahasa. Sebab itulah ada pendapat yang menjelaskan bahwa gaya adalah orangnya atau pengarangnya karena lewat gaya kita dapat mengenal bagaimana sikap dan endapan pengetahuan, pengalaman dan gagasan pengarannya. Gaya erat kaitannya dengan ekspresi karena jika gaya adalah cara dan alat seorang pengarang untuk mewujudkan gagasannya, maka ekspresi adalah proses atau kegiatan perwujuadan itu sendiri. Sebab itulah gaya dapat juga disebut sebagai cara, teknik maupun bentuk pengekspresian suatu gagasan.
* Sudut Pandang (Point Of View)
Menurut Booth (dalam Nurgiyantoro, 2005:249) sudut pandang (point of view) merupakan teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca. Sedangkan menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:248) Point of view adalah cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya sastra (Abrams, 1981 : 142). Terdapat beberapa jenis sudat pandang.
* Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat utama harus merujuk pada tema. Pesan moral lainnya dapat ditemukan tersebar dalam cerita.
III. PENUTUP
Pengertian dari teori sastra itu sendir ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari
tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang
membedakannya dengan yang bukan sastra.
Kata kritik dianggap kata yang bermakna negatif karena menilai sesuatu dari sisi kekurangan dan kelemahannya, menghakimi seseorang atas
kekurangannya sehingga orang yang dihakimi tidak dapat berkembang
Karya sastra terdiri atas beragam jenis, yaitu puisi, prosa dan drama. Artinya, kritik sastra dapat menjadikan puisi, puisi, prosa atau drama sebagai objeknya. Dengan demikain, jenis kritik ini dapat dibagi lagi menjadi berdasarkan objeknya, yakni kritik puisi, kritik prosa, kritik drama. Selain itu, kritik satra itu sendiri dapat dijadikan kritik sehingga dinamakan kritik atas kritik.
Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah dan mengehendaki pertimbangan dan analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling berhubungan antarunsur-unsur pembentuknya
Mitra kuliah.(2020). Jenis-jenis Sastra Indonesia.
https://www.mitrakuliah.com/2020/07/23/jenis-jenis-sastra-indonesia/.
Diakses pada Selasa, 14 September 2021. Pukul 10.24
Indonesia Student. (2020). Manfaat Kritik Sastra.
Diakses pada Selasa, 14 September 2021. Pukul 10.30
Fikih, Meysa (2016) http://mesyafikih.blogspot.com/2016/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?m=1. Diakses pada Selasa 14 September 2002 1 pukul 10.37.
Komentar
Posting Komentar